Sabtu, 31 Oktober 2009

Download program Screen2 exe


Buat rekan mahasiswa jurusan computer tentunya sudah tidak asing dengan progam ini. Screen2Exe adalah sebuah aplikasi untuk membuat video rekaman aktifitas yang kita lakukan di layar monitor kita. Screen2Exe ini bisa kalian download secara gratis di bawah ini gratis


http://www.ziddu.com/download/7166815/205768_SCREXESetup.exe.html

SMADAV; Anti virus Buatan Anak Indonesia

Pada Rev. 7 kali ini Smadav telah disempurnakan untuk menjadi jauh lebih cepat dan lebih ringan dalam mendeteksi dan mengamankan komputer Anda dari ancaman virus di Indonesia. Fitur-fitur baru yang ditambahkan seperti Smad-Turbo (Scanning 10x lebih cepat), Smad-Theme (Mengganti warna tema), dan Smad-Ray (Otomatis scan flashdisk sangat cepat). Ini semua membuat Smadav menjadi salah satu dari antivirus tercepat dan paling ringan sedunia, sehingga Smadav tetap dapat digunakan pada komputer-komputer dengan spesifikasi rendah sekalipun. Selain itu juga banyak perbaikan yang dilakukan pada tampilan Smadav secara keseluruhan agar Smadav semakin mudah dan praktis digunakan.

Pada Rev. 7 ini Smadav juga menambahkan database pengenalan virus-virus baru yang banyak menyebar di Indonesia. Perkembangan virus lokal saat ini semakin berkurang dan tidak seaktif bulan-bulan sebelumnya. Mungkin ini karena Smadav yang sudah banyak digunakan pengguna-pengguna komputer di Indonesia. Jadi, virus lokal di Indonesia sekarang tinggal sedikit lagi untuk menuju kepunahan.

Silahkan Download dengan mengklik situs dibawah ini:

Jumat, 30 Oktober 2009

Pagi Dunia!

"Harii Sudah Pagi,,, Bangun dan segeralah mandi....!" wah suaraku merduku menyanyikan lagu milik EXO band kali ini lebih nyaring dari pagi yang biasanya! tidur nyenyak, tidak ada satupun makhluk yang berani menggaggu waktu istirahatku. Justru aku yang kini telah mengganggu sisa waktu tidur tetangga yang lain yang tepat di samping dan di depan kamarku.

Si Ucok (bukan nama sebenarnya) yang sudah menenteng handuk, dan perlengkapan mandi lainnya harus menelan kecewa karena sudah ada diriku didalam kamar mandi sedang menikmati dinginnya air yang mengguyur tubuhku. lagu "Pagi boz" miliknya EXO masih saja kunyanyikan walaupun aku sadar sudah sekian banyak kesalahan pada lirik, tapi masa bodoh! yang penting pagi ini aku mesti lebih semangat!


Segera kupakai kaos bertuliskan "Suara Kasih FM" dan celana panjang, tak lupa sedikit sisiran untuk rambut yang sulit diatur, kemudian parfum Casablanca. Yup! pagi ini adalah jadwalku siaran di Radio. dengan melangkah pasti, tak sabar ingin cepat2 menyapa pendengar setia Radio Suara Kasih 91.2 FM. tangga demi tangga kunaiki untuk mencapai lantai 3. dan akhirnya.....


Radio Belum On Air!?? Penyebabnya??
yeah tak sadar ternyata ada yang tidak kuperhatikan pagi ini, Cuaca yang tidak mendukung di atas langit SKFM menjadi penyebab utama gagalnya aku menyapa pendengar radio pagi ini! akhirnya yang dapat aku lakukan hanyalah terdiam, terpaku, menatap langit seakan menanti jawaban kapankah sang hujan akan berhenti?


Aku mulai belajar bahwa walaupun segalanya bisa kurancangkan, tapi rancangan Tuhan pasti lebih indah dari semuanya.... aku terkadang hanya ingin ikut kata diriku dan ingin mencapai target dari apa yang aku lakukan, tapi lupa bahwa yang mengatur semuanya adalah Tuhan. aku mulai lupa untuk mengucap syukur pagi ini, aku mulai belajar untuk berkat Forgive me God..... I believe that God can Change Something good become something Best.









Facebook sebagai pelepas penat!


Begitu Luar biasa!! Perjalanan dari kampus Borneo yang jarakx cukup jauh dari rumah merupakan alasan utama mengapa hari ini begitu melelahkan... tak kurang dari lima gelas air minum kuteguk, dan satu bak air habis untuk mengguyur badanku yang seakan tak mampu lagi kugerakkan. bahkan untuk mengangkat telpon yang sedang berdering untuk segera makanpun enggan kulakukan. yup itu memang sikap tak terpuji karena yang sedang memanggil tak lain adalah bosku yang ada di lantai 2.



Paragraf diatas sidikit mendeskripsikan keadaanku hari ini. rasa capek yang amat sangat!
huft, skarang udah masuk paragraf ke dua. hemm pointnya adalah mengapa aku capek...
Wow point yang agak sedikit panjang tentunya karena sebagai mahasiswa borneo yang "mulai Rajin", aku harus mengerjakan begitu banyak tugas kelompok, tugas individu, bahkan tugas2 lainnya. berhadapan dengan orang-orang yang bermacam-macam karakter juga membuat diriku berada dalam keadaan under preassure.. apalagi kalo seperti tadi, saat aku sedang presentasi di depan kelas , aku mesti berhadapan dengan begitu banyak wajah menyeramkan yang menghujamkan begitu banyak pertanyaa, kritikan, dan juga kata-kata yang katanya membangun walaupun pada kenyataannya meruntuhkan mentalku untuk terus berdiri didepan ruangan.



huft! Cukup sudah! saatnya ketenangan,, heheh

Setelah ambil sikap doa, laptop pun dibuka, woow! hotspot dari tetangga sebelah sedang aktif, wajahku sudah terbayang dengan layar biru, ups dengan font khasnya, sebuah situs pertemanan yang dirilis tahun 2004 dan dibuat oleh Mr. Mark. situs ini benar2 membuat diriku bersemangat! setelah kurang lebih 4 bulan aku ikut pesbukan kini temenku udah mencapai 1033. masih kurang sich kalau dibandingi dengan sahabatku yang udah mencapai level paling tinggi sebagai facebook maniak.


yups mungkin itu sedikit ceritaku malam ini dan akhirnya, selamat online!





Selasa, 27 Oktober 2009

Mahasiswa = Kaum Intelek?


Pastinya sering denger pernyataan di atas, bahwa mahasiswa adalah kaum intelek. Dan biasanya, pernyataan ini diikuti oleh beberapa macam atribut dan karakteristik yang orang harapkan dari seorang anggota "kaum intelek".

Atribut apa sih? Berikut ini, kompilasi atribut dan ciri-ciri mahasiswa yang saya rangkum dari berbagai sumber dan kebanyakan terlalu opinionated. Sumbernya? Tentu saja, rahasia. Yang pasti, kompilasi ini hanya membahas mahasiswa Indonesia. Kenapa demikian? Yah, karena saya mahasiswa Indonesia. Sebelumnya, saya juga ingin sampaikan kalau atribut-atribut berikut ini hampir sebagian besar adalah stereotype, yaitu gak semua kalangan mahasiswa bersikap demikian, namun, karakter dan sikap ini udah melekat sebegitu kuat di demografi mahasiswa.

Ok, kita mulai.


Atribut 1: Mahasiswa adalah kaum intelek.

Atribut pertama ini adalah atribut yang paling terkenal. Atribut ini hampir mencakup semua atribut lain yang akan saya bahas. Di sini, mahasiswa digambarkan sebagai kaum intelek yang mana bercirikan "cara pikir dewasa, pergaulan luas, bersikap kritis, dan berwawasan jauh"

Setiap ayam pasti berasal dari telur. Begitu pula dengan "kaum intelek". Kaum ini logikanya dihuni oleh pribadi-pribadi intelek. Namun, siapa sih sebenarnya yang mengesahkan bahwa "Ya, kamu intelek!" ? Jawabannya agak mengejutkan, karena ternyata, yang mengesahkan bahwa mahasiswa itu intelek adalah tidak lain dan tidak bukan: MAHASISWA itu sendiri!!

Aneh? Coba pikir. Mahasiswa itu asalnya dari mana sih? Dari anak SMA/SMK dan setaranya. Tapi kenapa kok jarang sekali ada ungkapan bahwa "Siswa SMA/SMK itu adalah perintis kaum intelek"? Tentunya ini gak terlalu sulit untuk dijawab. Karena ternyata, gak semua siswa SMA/SMK itu intelek (memiliki cara pikir dewasa, pergaulan luas, bersikap kritis, dan berwawasan jauh). Malah, ada pendapat umum bahwa masa-masa SMA itu masa-masa indah, masa untuk main-main, masa untuk mencari identitas (sebuah euphemism untuk bilang klo hidup anak SMA itu penuh trial-and-error). Klo nyatanya demikian, trus darimana asalnya "kaum intelek" tadi?

Jawabannya lebih mengejutkan lagi: dari Jaket Almamater! Lho kok bisa? Apa bukan dari kenyataan bahwa seorang mahasiswa itu menimba ilmu lebih tinggi dari siswa-siswa lainnya, sehingga sebutannya aja ditingkatkan jadi superlatif dengan imbuhan maha- ? Bisa jadi sih, cuma klo dilihat-lihat, golongan mahasiswa yang benar-benar menimba ilmu dengan mengikuti kuliah, mengerjakan tugas, dan tidak mencontek itu jarang banget menyebut diri mereka kaum intelek. Biasanya, sebutan ini malah sering dikumandangkan oleh mereka-mereka yang turun ke jalan, mengadakan aksi-demonstrasi, menuntut pemerintah agar tidak menzhalimi rakyat dll. Mereka yang jarang kelihatan di ruang kuliah inilah yang menyebut diri mereka kaum intelek. Kaum intelek dengan jubah agungnya. Jubah almamater.

Kalau ternyata memang mereka kaum intelek, bukannya mereka harusnya bisa menyadari ada ironi di balik sikap idealis mereka? Mereka menuntut pemerintah untuk tidak bersikap zhalim, sementara mereka sendiri asyik menzhalimi uang orangtua dan teman-teman mereka yang kurang beruntung untuk dapet kursi universitas mereka. Aneh? Yah, begitulah.

Atribut 2: Mahasiswa adalah kaum yang bisa membawa perubahan.

Adalah impian banyak mahasiswa untuk namanya bisa ditulis sejajar dengan Soe Hok Gie dan Arif Rahman Hakim. Dan tanpa disadari, ternyata motivasi demi publisitas ini yang melandasi banyak aksi dan demonstrasi.

Wah, kok bisa? Lho, kalo memang aksi dan demonstrasi itu diadakan sepenuhnya demi "perubahan yang berguna", harusnya sejak awal aksi dan demonstrasi itu gak diadain. Coba mikir, berapa besar rasio jumlah demonstrasi yang berhasil mencapai tujuannya dengan jumlah demonstrasi yang diadakan? Hampir bisa disamakan dengan rasio jumlah planet yang memiliki kehidupan dengan jumlah planet yang ada. Oke, kayanya terlalu berlebihan. Tapi, ngerti kan maksudnya?

Ada yang bilang, walaupun dengan rasio yang hampir terlalu astronomikal itu, mukjizat bisa terjadi, dan perubahan yang diimpikan tercapai. Yah, mungkin aja. Cuma, kalau dengan asumsi atribut pertama itu benar, harusnya mereka bisa cari solusi lain. Solusi yang tidak melibatkan kemacetan, teriak-teriak di jalan, dan digiring ke kantor polisi.



Atribut 3: Mahasiswa yang gak ikut organisasi/LSM/BEM/Senat itu mahasiswa yang acuh dan tidak peduli terhadap masyarakat.

Sejarah itu selalu berulang. Kalau setuju dengan pernyataan ini, coba kita lihat empat puluh tahun yang lalu. Pernah dengar cerita masa muda Akbar Tandjung? Tanpa memberi perspektif pribadi tentang beliau, saya cuma ingin membandingkan posisi beliau. Empat puluh tahun yang lalu, beliau itu termasuk mahasiswa yang aktif memperjuangkan perubahan, tentunya dengan cara klasik: berdemonstrasi dan sebagainya. Coba lihat posisinya sekarang: dari subjek menjadi objek. Dari pendemo menjadi yang didemo. Dari yang menuntut jadi yang dituntut.

Apa yang membuat mahasiswa yang saat ini lebih banyak di jalan "memperjuangkan aspirasi rakyat" yakin bahwa mereka tidak akan bernasib seperti beliau?

Apa yang membuat mereka yakin bahwa teman-temannya yang lebih serius dengan kuliahnya tidak akan berakhir menjadi CEO perusahaan multinasional, yang secara tidak langsung menciptakan banyak lapangan kerja?

Atribut 4: Perbendaharaan kata yang sulit dan rumit adalah bagian dari percakapan sehari-hari mahasiswa.

Coba hitung, seberapa sering kata-kata berikut ini diucapkan dalam pembicaraan normal sehari-hari: sanguinis, melankolis, hedonis, kapitalis, observasi, kutub empiris, kutub historis, terminologi ilmiah, disikapi, ditengarai, sikap bipolar, utopia.

Mungkin jarang, tapi tidak demikian jika teman-teman sempat menghabiskan cukup waktu bersama kaum intelek tadi. Karena apa? Yup, tepat. Karena untuk menjadi anggota kaum intelek, seseorang harus terdengar intelek dulu sebelumnya. Tapi untungnya, tidak harus terdengar masuk akal. Jadi, tenang saja, selama bisa mengingat satu dua kata intelek tadi, kita bebas kok memakainya, walaupun gak sepenuhnya tepat.

Atribut 5: Sebuah ramalan bahwa mahasiswa itu bisa membawa kesejahteraan bagi negara.

Dan sayangnya ramalan itu adalah sebuah ramalan belaka. Quick quiz: apakah Bill Gates lulus kuliah? Agak ekstrem sih kalo mengambil Bill Gates sebagai perumpamaan. Cuma, kira-kira begitu gambarannya. Menjadi sukses, terkenal, berjasa dan bermanfaat bagi banyak orang bukanlah sebuah kemewahan yang hanya bisa dinikmati oleh mahasiswa saja. Semua orang punya peluang.

Saya jadi tambah sinis dan curiga, jangan-jangan ramalan tersebut diciptakan oleh mahasiswa sendiri untuk menenangkan diri mereka bahwa apapun yang mereka kerjakan dan peroleh selama kuliah sudah pasti akan membawa mereka ke jalan kesuksesan dan perubahan revolusioner yang mereka dambakan.

—-

Yah, begitu kira-kira laporan pengamatan dan opini saya mengenai mahasiswa. Kenapa tulisan ini saya buat? Karena saya sudah cukup alergi dengan stereotype mahasiswa Indonesia yang penuh dengan karakteristik superfisial (dan dengan penggunaan frase karakteristik superfisial ini, saya secara resmi memiliki Atribut No. 4) yang begitu tinggi dan penuh *maaf* kemunafikan.

Jadi, masih berani bilang mahasiswa itu kaum intelek?

Senin, 26 Oktober 2009

Sang Pemenang (sebuah renungan)

Suatu ketika, tampak sekelompok anak laki laki sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan di sebuah pusat perbelanjaan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab, ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab, memang begitulah peraturannya. Diantara ke 4 anak itu, Ada seorang anak bernama Randi. Mobilnya tak istimewa, dibanding semua lawannya, mobil Randi lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsingkan bahkan meremehkan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya. Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik.

Dengan tampilan seadanya , yang dibuat dari kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip diatasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Randi bangga terhadap mobil yang dimilikinya , karena mobil itu buatan tangannya sendiri. Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang.

Di setiap jalur lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4 “pembalap” kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah diantaranya. Namun, sesaat kemudian, Randi meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak menepi dan berkomat-kamit seperti sedang berdoa. Matanya terpejam, dengan tangan yang bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia berkata, “Ya, aku siap!” 1..2…3…Dor. Tanda pertandingan dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing. “Ayo…ayo.. .cepat… cepat, maju…maju” , begitu teriak mereka.

Ahha… sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah terlampaui. Dan Randi lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Randi. Ia berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam hati “Terima kasih.” Saat pembagian piala tiba. Randi maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahhkan, ketua panitia bertanya. “Hai jagoan kecil kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang, bukan?”. Randi terdiam. “Bukan, Pak, bukan itu yang aku panjatkan” Ia lalu melanjutkan, “Sepertinya, tak adil rasanya meminta pada Tuhan untuk menolong saya demi mengalahkan orang lain. Aku , hanya bermohon pada Tuhan, supaya aku tak menangis, jika aku kalah.” Semua hadirin terdiam mendengar ungkapan bijak dari mulut seorang anak laki laki kecil.

Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk-tangan yang memenuhi ruangan. Renungan : Anak-anak tampaknya lebih punya kebijaksanaan dibanding kita semua. Randi , tidaklah bermohon pada Tuhan untuk menang dalam setiap ujian, juga tak memohon kepada Tuhan untuk meluluskan dan mengatur setiap hasil yang ingin diraihnya. Anak itu juga tak meminta Tuhan mengabulkan semua harapannya. Ia tak berdoa untuk menang, dan menyakiti yang lainnya. Namun, ia memohon pada Tuhan, agar diberikan kekuatan saat menghadapi itu semua. Ia berdoa, agar diberikan kemuliaan, dan mau menyadari kekurangan dengan rasa bangga. Mungkin, telah banyak waktu yang kita lakukan untuk berdoa pada Tuhan untuk mengabulkan setiap permintaan kita.

Terlalu sering juga kita meminta Tuhan untuk menjadikan kita nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi pemenang dalam setiap ujian. Terlalu sering kita berdoa pada Tuhan, untuk menghalau setiap halangan dan cobaan yang ada di depan mata. Padahal, bukanlah yang kita butuh adalah bimbingan-Nya, tuntunan- Nya, dan panduan-Nya? Kita sering terlalu lemah untuk percaya bahwa kita kuat. Kita sering lupa, dan kita sering merasa cengeng dengan kehidupan ini. Tak adakah semangat perjuangan yang mau kita lalui? Saya yakin, Tuhan memberikan kita ujian yang berat, bukan untuk membuat kita lemah, cengeng dan mudah menyerah. Sesungguhnya, Tuhan sedang menguji setiap hamba-Nya.
Suatu ketika, tampak sekelompok anak laki laki sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan di sebuah pusat perbelanjaan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab, ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab, memang begitulah peraturannya. Diantara ke 4 anak itu, Ada seorang anak bernama Randi. Mobilnya tak istimewa, dibanding semua lawannya, mobil Randi lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsingkan bahkan meremehkan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya. Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik.

Dengan tampilan seadanya , yang dibuat dari kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip diatasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Randi bangga terhadap mobil yang dimilikinya , karena mobil itu buatan tangannya sendiri. Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang.

Di setiap jalur lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4 “pembalap” kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah diantaranya. Namun, sesaat kemudian, Randi meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak menepi dan berkomat-kamit seperti sedang berdoa. Matanya terpejam, dengan tangan yang bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia berkata, “Ya, aku siap!” 1..2…3…Dor. Tanda pertandingan dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing. “Ayo…ayo.. .cepat… cepat, maju…maju” , begitu teriak mereka.

Ahha… sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah terlampaui. Dan Randi lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Randi. Ia berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam hati “Terima kasih.” Saat pembagian piala tiba. Randi maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahhkan, ketua panitia bertanya. “Hai jagoan kecil kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang, bukan?”. Randi terdiam. “Bukan, Pak, bukan itu yang aku panjatkan” Ia lalu melanjutkan, “Sepertinya, tak adil rasanya meminta pada Tuhan untuk menolong saya demi mengalahkan orang lain. Aku , hanya bermohon pada Tuhan, supaya aku tak menangis, jika aku kalah.” Semua hadirin terdiam mendengar ungkapan bijak dari mulut seorang anak laki laki kecil.

Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk-tangan yang memenuhi ruangan. Renungan : Anak-anak tampaknya lebih punya kebijaksanaan dibanding kita semua. Randi , tidaklah bermohon pada Tuhan untuk menang dalam setiap ujian, juga tak memohon kepada Tuhan untuk meluluskan dan mengatur setiap hasil yang ingin diraihnya. Anak itu juga tak meminta Tuhan mengabulkan semua harapannya. Ia tak berdoa untuk menang, dan menyakiti yang lainnya. Namun, ia memohon pada Tuhan, agar diberikan kekuatan saat menghadapi itu semua. Ia berdoa, agar diberikan kemuliaan, dan mau menyadari kekurangan dengan rasa bangga. Mungkin, telah banyak waktu yang kita lakukan untuk berdoa pada Tuhan untuk mengabulkan setiap permintaan kita.

Terlalu sering juga kita meminta Tuhan untuk menjadikan kita nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi pemenang dalam setiap ujian. Terlalu sering kita berdoa pada Tuhan, untuk menghalau setiap halangan dan cobaan yang ada di depan mata. Padahal, bukanlah yang kita butuh adalah bimbingan-Nya, tuntunan- Nya, dan panduan-Nya? Kita sering terlalu lemah untuk percaya bahwa kita kuat. Kita sering lupa, dan kita sering merasa cengeng dengan kehidupan ini. Tak adakah semangat perjuangan yang mau kita lalui? Saya yakin, Tuhan memberikan kita ujian yang berat, bukan untuk membuat kita lemah, cengeng dan mudah menyerah. Sesungguhnya, Tuhan sedang menguji setiap hamba-Nya.

INDAHNYA BAHASA INDONESIA (jika dibandingin Malaysia…)

HIDUP Bahasa INDONESIA !!!

INDONESIA : Kementerian Hukum dan HAM
MALAYSIA : Kementerian Tuduh Menuduh

INDONESIA : Kementerian Agama
MALAYSIA : Kementerian Tak Berdosa ... ( oh please... )

INDONESIA : Angkatan Darat
MALAYSIA : Laskar Hentak-Hentak Bumi

INDONESIA : Angkatan Udara
MALAYSIA : Laskar Angin-Angin ( Kaya sandiwara Brama
kumbara )

INDONESIA : 'Pasukaaan bubar jalan !!!'
MALAYSIA : 'Pasukaaan cerai berai !!!'......(Oh
my Good)

INDONESIA : Merayap
MALAYSIA : Bersetubuh dengan bumi ( Ga gila dwoong..)

INDONESIA : rumah sakit bersalin
MALAYSIA : hospital korban lelaki ( bener juga sih....)
Ha........ha.
.......

INDONESIA : telepon selular
MALAYSIA : talipon bimbit

INDONESIA : Pasukan terjung payung
MALAYSIA : Aska begayut

INDONESIA : belok kiri, belok kanan
MALAYSIA : pusing kiri, pusing kanan ( Migrant..kaleee )

INDONESIA : Departemen Pertanian
MALAYSIA : Departemen Cucuk Tanam ( yuu marie….)

INDONESIA : 6.30 = jam setengah tujuh
MALAYSIA : 6.30 = jam enam setengah

INDONESIA : gratis bicara 30menit
MALAYSIA : percuma berbual 30minit

INDONESIA : tidak bisa
MALAYSIA : tak boleh

INDONESIA : WC
MALAYSIA : tandas

INDONESIA : Satpam/sekuriti
MALAYSIA : Penunggu Maling

INDONESIA : Aduk
MALAYSIA : Kacau

INDONESIA : Di aduk hingga merata
MALAYSIA : kacaukan tuk
datar

INDONESIA : 7 putaran
MALAYSIA : 7 pusingan

INDONESIA : Imut-imut
MALAYSIA : Comel benar (baah..)

INDONESIA : pejabat negara
MALAYSIA : kaki tangan Negara

INDONESIA :bertengkar
MALAYSIA : bertumbuk

INDONESIA : pemerkosaan
MALAYSIA : perogolan

INDONESIA : Pencopet
MALAYSIA : Penyeluk Saku

INDONESIA : joystick
MALAYSIA : batang senang (....)

INDONESIA : Tidur siang
MALAYSIA : Petang telentang (telentang ????.....:-)

INDONESIA : Air Hangat
MALAYSIA : Air Suam

INDONESIA : Terasi
MALAYSIA : Belacan (hm...sama dg bahasa melayu ptk)

INDONESIA : Pengacara
MALAYSIA : Penguam

INDONESIA : Sepatu
MALAYSIA : Kasut (temennya
kasur)

INDONESIA : Ban
MALAYSIA : Tayar (Tonjok….kalo bahasa Jatim)

INDONESIA : remote
MALAYSIA : kawalan jauh (maksudnya???)

INDONESIA : kulkas
MALAYSIA : peti sejuk (weleh)

INDONESIA : chatting
MALAYSIA : bilik berbual

INDONESIA : rusak
MALAYSIA : tak sihat

INDONESIA : keliling kota
MALAYSIA : pusing pusing ke bandar (Ya emang kalo
sering main ke Bandar..jadinya pusing terus)

INDONESIA : Tank
MALAYSIA : Kereta kebal (suntik kale..)

INDONESIA : Kedatangan
MALAYSIA : ketibaan

INDONESIA : bersenang-senang
MALAYSIA : berseronok (Kena RUU pornografi l…lho)

INDONESIA : bioskop
MALAYSIA : panggung wayang ........(ahhahhahah. ....)

INDONESIA : rumah sakit jiwa
MALAYSIA : gubuk gila ……..(Gubug Derita …kaleee)

INDONESIA : dokter ahli jiwa
MALAYSIA : Dokter gila
(yg gila jd sapa....hehehe...)

INDONESIA : narkoba
MALAYSIA : dadah (?????)

INDONESIA : pintu darurat
MALAYSIA : Pintu kecemasan (Pintu Gelisah ….)

INDONESIA : hantu Pocong
MALAYSIA : hantu Bungkus ( pesen 1, satu bang…)

INDONESIA : Kipas Angin
MALAYSIA : Mesin Tiup (hehe....)

Taken from: unidentified mail